Kamis, 19 Januari 2012
Selasa, 17 Januari 2012
UMUM....!!!!!!!!!!
Peluang Usaha dan Bisnis Budidaya
Ikan Lele Sangkuriang
Bagi sebagian orang ikan lele dihubungkan dengan ikan
pemakan segala terutama yang kotor dan berkonotasi sebagai makanan murah atau
tidak berkelas. Itu mungkin dulu karena saat ini pembudidayaan ikan lele
menggunakan pelet atau makanan ternak yang diprodukdi oleh pabrik sehingga
terjamin kualitas dan kebersihannya.
Saat ini ikan lele sudah bukan
merupakan makanan rakyat desa saja karena rumah makan besar seperti Pecel Lela
dan Lele Saurus telah menyajikan aneka hidangan yang berhubungan dengan ikan
lele.
Dari beberapa jenis ikan lele yang
berhasil di-budidaya kan di Indonesia maka jenis ikan lele sangkuriang
merupakan jenis ikan lele yang menjadi primadona para penggemar hidangan dari
ikan lele ini. Tekstur daging ikan lele sangkuriang yang lebih padat serta
lebih cepat untuk dipanen menjadikan ikan lele sangkuriang ini sangat digemari
baik oleh para pecinta hidangan ikan lele ini maupun para peternak lele di
Indonesia.
Besarnya permintaan ikan lele di
JaBoDeTaBek saja yang berkisar 100 ton per malam menjadikan
peluang usaha dan bisnis ikan lele khususnya ikan lele sangkuriang menjadi
demikian menarik. Permintaan ikan lele sebanyak itu berasal dari sekitar 25.000
pedagang pecel lele di JaBoDeTaBek saja dan belum ditambah dengan permintaan
dari luar daerah. Pasokan ikan lele dari JaBoDeTaBek yang belum dapat memenuhi
permintaan pasar mengakibatkan didatangkannya ikan lele dari luar daerah
seperti dari Subang, Bandung, Purwakarta, Sukabumi dan Bogor. Bahkan menurut
sumber lainnya harga
ikan lele meningkat dari Rp 11 ribu menjadi Rp 13 ribu per kilogram di tingkat
petani.
ekonomi
PERKEMBANGAN
HUTANG LUAR NEGERI
Indonesia menggunakan hutang
luar negeri untuk mempercepat pembangunan ekonominya. Hutang luar negeri
dimasukkan sebagai penerimaan pemerintah dalam APBN setiap tahunnya. Sumber
pinjarnan Indonesia selama ini berasal dari negara-negara dan badan-badan
bantuan multilateral yang tergabung dalam Consultative Group for Indonesia
2) atau CGI (sebelurnnya Inter Governmental Group on Indonesia, IOGI).
Dengan tingkat suku bunga yang rendah, tenggang waktu (grace period) dan
masa pembayaran cicilan pokok dan bunganya yang cukup panjang, maka pinjaman
dari COl merupakan sumber pembiayaan utama. Meskipun hutang luar negeri menjadi
komponen yang penting dalam struktur pembiayaan pembangunan, namun dalam
menjalankan kebijaksanaannya, pinjaman dana yang berasal dari luar negeri
tersebut didasarkan pada beberapa kriteria pokok yang tujuannya untuk
menyelaraskan antara kebutuhan akan pinjaman dana luar negeri dengan politik luar
negeri yang bebas aktif, sebagaimana telah digariskan dalam GBHN. Selain itu,
efisiensi dan efektifitas penggunaan dana menjadi pertimbangan utama, sehingga kriteria
pokok tersebut diarahkan pada tiga hal, yaitu:
1. Bantuan
luar negeri tidak boleh dikaitkan dengan politik
2. Syarat-syarat
pembayaran harus dalam batas-batas kemampuan untuk membayar kembali
3. Penggunaan
bantuan luar negeri haruslah untuk pembiayaan proyek-proyek produktif dan
bermanfaat.
Namun kenyataannya,
ketergantungan Indonesia akan hutang luar negeri semakin besar sehingga menjadi
suatu "keharusan". Terus masuknya hutang luar negeri dengan persyaratan
lunak dan tingkat suku bunga yang rendah melalui konsorsium IOGI dan COl
merupakan instrumen kebijaksanaan yang konstan sejak awal Pemerintahan Orde Baru.
Sebagai akibat dari kemerosotan ekonomi Orde Lama dan menutup defisit anggaran
pembangunan, Pemerintah Orde Baru memerlukan pinjaman luar negeri untuk program
stabilisasi dan rehabilitasi perekonomian nasional. Dalam sidang pertama pada
tahun 1967, IGGI memutuskan memberikan bantuan sebesar US$ 200 juta dengan persyaratan
lunak, masa pembayaran 25 tahun dan tenggang waktu 7 tahun, dan tingkat suku
bunga 3 persen per tahun. Sejak itu hutang luar negeri terus meningkat.
Alasan mendasar dibutuhkannya
hutang luar negeri adalah karena tabungan domestik tidak mencukupi, yang menunjukkan
bahwa upaya pemerintah untuk memobilisasi dana domestik tidak pernah
mengimbangi besarnya kebutuhan dana untuk investasi. Kesenjanganan tara tabungan
dalam negeri baik pemerintah dan swasta menyebabkan hutang luar negeri dan PMA
merupakansuatu "keharusan" bagi pembiayaan investasi.
Puissi
Persahabatan
Jangan pandang ia dari warna
Papa dan kaya bukan bencana
Susah dan senang lalui cerita
Terdiam kita dalam kesunyian
Merenung ia tak kunjung datang
Menangisi kenangan mati dijalan
Seribu keceriaan tak terlupakan
Jagalah kesucian dari sang hitam
Lebih dan kurang jadi bimbingan
Menutupi fitnah jangan berjalan
Jauhkan beban dari sang kelam
Mengapa kita mengotorinya
padahal suci didepan mata
Mengapa hati mesti dikhianati
Bila sang raja benar mengarahi
Langganan:
Postingan (Atom)